01 September 2009

Mabuk Dalam Cinta Terhadap Allah

Dikisahkan dalam sebuah kitab karangan Imam Al-Ghazali bahawa pada suatu hari Nabi Isa a.s berjalan di hadapan seorang pemuda yang sedang menyiram air di kebun. Bila pemuda yang sedang menyiram air itu melihat kepada Nabi Isa a.s berada di hadapannya maka dia pun berkata, "Wahai Nabi Isa a.s, kamu mintalah dari Tuhanmu agar Dia memberi kepadaku seberat semut Jarrah cintaku kepada-Nya."

Berkata Nabi Isa a.s, "Wahai saudaraku, kamu tidak akan terdaya untuk seberat Jarrah itu." Berkata pemuda itu lagi, "Wahai Isa a.s, kalau aku tidak terdaya untuk satu Jarrah, maka kamu mintalah untukku setengah berat Jarrah." Oleh kerana keinginan pemuda itu untuk mendapatkan kecintaannya kepada Allah, maka Nabi Isa a.s pun berdoa, "Ya Tuhanku, berikanlah dia setengah berat Jarrah cintanya kepada-Mu."

Setelah Nabi Isa a.s berdoa maka beliau pun berlalu dari situ. Selang beberapa lama Nabi Isa a.s datang lagi ke tempat pemuda yang memintanya berdoa, tetapi Nabi Isa a.s tidak dapat berjumpa dengan pemuda itu. Maka Nabi Isa a.s pun bertanya kepada orang yang lalu-lalang di tempat tersebut, dan berkata kepada salah seorang yang berada di situ bahawa pemuda itu telah gila dan kini berada di atas gunung.

Setelah Nabi Isa a.s mendengat penjelasan orang-orang itu maka beliau pun berdoa kepada Allah S.W.T, "Wahai Tuhanku, tunjukkanlah kepadaku tentang pemuda itu." Selesai sahaja Nabi Isa a.s berdoa maka beliau pun dapat melihat pemuda itu yang berada di antara gunung-ganang dan sedang duduk di atas sebuah batu besar, matanya memandang ke langit. Nabi Isa a.s pun menghampiri pemuda itu dengan memberi salam, tetapi pemuda itu tidak menjawab salam Nabi Isa a.s, lalu Nabi Isa berkata, "Aku ini Isa a.s."Kemudian Allah S.W.T menurunkan wahyu yang berbunyi, "Wahai Isa, bagaimana dia dapat mendengar perbicaraan manusia, sebab dalam hatinya itu terdapat kadar setengah berat Jarrah cintanya kepada-Ku.

Demi Keagungan dan Keluhuran-Ku, kalau engkau memotongnya dengan gergaji sekalipun tentu dia tidak mengetahuinya." Barangsiapa yang mengakui tiga perkara tetapi tidak menyucikan diri dari tiga perkara yang lain maka dia adalah orang yang tertipu.
1. Orang yang mengaku kemanisan berzikir kepada Allah, tetapi dia mencintai dunia.
2. Orang yang mengaku cinta ikhlas di dalam beramal, tetapi dia inginmendapat sanjungan dari manusia.
3. Orang yang mengaku cinta kepada Tuhan yang menciptakannya, tetapi tidak berani merendahkan dirinya.

Rasulullah S.A.W telah bersabda, "Akan datang waktunya umatku akan mencintai lima lupa kepada yang lima:
1. Mereka cinta kepada dunia. Tetapi mereka lupa kepada akhirat.
2. Mereka cinta kepada harta benda. Tetapi mereka lupa kepada hisab.
3. Mereka cinta kepada makhluk. Tetapi mereka lupa kepada al-Khaliq.
4. Mereka cinta kepada dosa. Tetapi mereka lupa untuk bertaubat.
5. Mereka cinta kepada gedung-gedung mewah. Tetapi mereka lupa kepada kubur."

Manusia Berhadapan Dengan Enam Persimpangan

Abu Bakar r.a. berkata, " Sesungguhnya iblis berdiri di depanmu, jiwa di sebelah kananmu, nafsu di sebelah kirimu, dunia di sebelah belakangmu dan semua anggota tubuhmu berada di sekitar tubuhmu. Sedangkan Allah di atasmu.

Sementara iblis terkutuk mengajakmu meninggalkan agama, jiwa mengajakmu ke arah maksiat, nafsu mengajakmu memenuhi syahwat, dunia mengajakmu supaya memilihnya dari akhirat dan anggota tubuh menagajakmu melakukan dosa. Dan Tuhan mengajakmu masuk Syurga serta mendapat keampunan-Nya, sebagaimana firmannya yang bermaksud, "....Dan Allah mengajak ke Syurga serta menuju keampunan-Nya..."

Siapa yang memenuhi ajakan iblis, maka hilang agama dari dirinya. Sesiapa yang memenuhi ajakan jiwa, maka hilang darinya nilai nyawanya. Sesiapa yang memenuhi ajakan nafsunya, maka hilanglah akal dari dirinya. Siapa yang memenuhi ajakan dunia, maka hilang akhirat dari dirinya. Dan siapa yang memenuhi ajakan anggota tubuhnya, maka hilang syurga dari dirinya.

Dan siapa yang memenuhi ajakan Allah S.W.T., maka hilang dari dirinya semua kejahatan dan ia memperolehi semua kebaikan." Iblis adalah musuh manusia, sementara manusia adalah sasaran iblis. Oleh itu, manusia hendaklah sentiasa berwaspada sebab iblis sentiasa melihat tepat pada sasarannya.

Lebih Panas Mana???

Seorang Raja mengumumkan sayembara:"Barangsiapa yang sanggup berendam di kolam kerajaan sepanjang malam akan dihadiahi pundi-pundi emas." Sayembara ini sepintas terlihat mudah, namun berendam di kolam pada saat musim dingin tentu bukan perkara mudah. Walhasil, tak ada yang berani mencobanya. Seorang miksin dari pelosok pedesaan, karena tak tahan dengan tangisan kelaparan anaknya, memberanikan diri mengikuti sayembara itu.

Pundi-pundi emas membayang di pelupuk matanya. Bayangan itulah yang mendorong dia akhirnya berangkat ke istana. Raja mempersilahkan dia masuk ke kolam istana. Sekejap saja orang miskin ini masuk ke dalamnya, ia langsung menggigil kedinginan. Giginya saling beradu, mukanya mendadak pucat dan tubuhnya perlahan meringkuk. Tiba-tiba ia melihat nyala api dari salah satu ruang istana.

Segera saja ia bayangkan dirinya berada dekat perapian itu; ia bayangkan betapa nikmatnya duduk di ruangan itu. Mendadak rasa dingin di tubuhnya, menjadi hilang. Kekuatan imajinasi membuatnya mampu bertahan. Perlahan bayang-bayang pundi emas kembali melintas.

Harapannya kembali tumbuh. Keesokan harinya, Raja dengan takjub mendapati si miskin masih berada di kolam istana. Si miskin telah memenangkan sayembara itu. Raja penasaran dan bertanya "rahasia" kekuatan si miskin. Dengan mantap si miskin bercerita bahwa ia mampu bertahan karena membayangkan nikmatnya berada di dekat perapian yang ia lihat di sebuah ruangan istana.

Lama sudah waktu berjalan sejak saya baca kisah di atas sewaktu masih di Sekolah Dasar. Namun baru belakangan saya menyadari kiasan dari cerita itu. Imajinasi dan harapan akan kehidupan yang lebih baik telah menjadi semacam stimulus untuk kita bisa bertahan. Ketika krisis ekonomi menghadang negara kita, sekelompok orang menjadi panik tak karuan. Apa saja dilakukan mereka untuk mempertahankan kenikmatan hidup. Mulai dari menjadi spekulan mata uang, menimbun barang, menjilat penguasa dan meniupkan isu kemana-mana. Norma agama telah dilanggar untuk kepentingan duniawi belaka. Akan tetapi, segelintir orang tetap tenang karena sudah lama badan mereka di "bumi" namun jiwa mereka di "langit".

Kelompok terakhir ini membayangkan bagaimana nikmatnya hidup di "kampung akherat" nanti, sebagaimana yang telah dijanjikan Allah. "Pundi-pundi kasih sayang ilahi" membayang dipelupuk mata mereka. Bagaikan si miskin yang tubuhnya berada di dasar kolam, namun jiwanya berada di dekat perapian; bayangan "kampung akherat" membuat mereka tenang dan tidak mau melanggar norma agama.

Bagaikan kisah si miskin di atas, boleh jadi Raja akan takjub mendapati mereka yang bisa bertahan di tengah krisis ini, tanpa harus menjilat kepada istana (apalagi bila jilatan itu dibumbui sejumput ayat dan hadis) Ada seorang muslim yang tengah berpuasa, rekan bulenya yang tinggal satu flat berulang kali mengetok pintu kamar hanya untuk memastikan apakah si muslim masih hidup atau tidak.

Orang bule itu tak habis pikir bagaimana si muslim bisa bertahan hidup dan tetap beraktifitas tanpa makan-minum selama lebih dari 12 jam. Rindu "kampung akherat" menjadi jawabannya. Sama dengan herannya seorang rekan mendapati seorang muslimah di tengah musim panas (summer) tetap beraktifitas sambil memakai jilbab. Ketika ada yang bertanya, "apa tidak kepanasan?" Muslimah tersebut menjawab sambil tersenyum, "lebih panas mana dengan api neraka?" Kenikmatan "kampung akherat" rupanya jauh lebih menarik buat seorang muslim/muslimah.

Meninggalkan Zina Karena Takut Kepada Allah

Meninggalkan Zina Karena Takut Kepada Allah Maka Allah pun Memberinya Mu'jizat Dari Abu Hurairah radhiallahu 'anhu ia berkata, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Tidaklah berbicara ketika masih dalam buaian (bayi) kecuali tiga orang, Isa bin Maryam. Beliau bersabda, 'Dulu, dikalangan Bani Israil terdapat seorang laki-laki yang ahli ibadah. Ia dipanggil dengan nama Juraij. Ia membangun tempat ibadahnya dan melakukan ibadah di dalamnya'. Beliau bersabda, "orang-orang Bani Israil menyebut-nyebut tentang (ketekunan) ibadah Juraij, sehingga berkatalah seorang pelacur dari mereka, 'Jika kalian mnghendaki aku akan memberinya ujian'. Mereka berkata, 'Kami menghendakinya'. Perempuan itu lalu mendatanginya dan menawarkan diri kepadanya.

Tetapi Juraij tidak mempedulikannya. Lalu ia berzina dengan seorang gembala yang meneduhkan kambing gembalaannya ke dekat tempat ibadah Juraij. Akhirnya iapun hamil dan melahirkan seorang bayi. Orang-orang bertanya, 'Hasil perbuatan siapa?' Ia menjawab, 'Juraij'.

Maka mereka mendatanginya dan memaksanya turun. Mereka mencaci, memukulinya dan merobohkan tempat ibadahnya'. Juraij bertanya, apa yang terjadi dengan kalian?' Mereka menjawab, 'Engkau telah berzina dengan pelacur ini, sehingga ia melahirkan seorang bayi'. Ia bertanya 'Dimana dia?' Mereka menjawab, 'Itu dia!' Beliau bersabda, 'Juraij lalu berdiri dan shalat kemudian berdo'a.

Setelah itu ia menghampiri sang bayi lalu mencoleknya seraya berkata, 'Demi Allah, wahai bayi, siapa ayahmu?' Sang bayi menjawab, 'Aku adalah anak tukang gembala'. Serta merta orang-orangpun menghambur kepada Juraij dan menciuminya. Mereka berkata kami akan membangun tempat ibadahmu dari emas'. Ia menjawab aku tidak membutuhkan yang demikian, tetapi bangunlah ia dari tanah sebagaimana yang semula'. Beliau bersabda, 'Ketika seorang ibu memangku anaknya menyususi tiba-tiba lewat seorang penunggang kuda yang mengenakan tanda pangkat, maka ia pun berkata, 'Ya Allah, jadikanlah anakku seperti dia'. Beliau bersabda, 'Maka bayi itu meninggalakan tetek ibunya dan menghadap kepada penunggang kuda seraya berdo'a, 'Ya Allah jangan kau jadikan aku seperti dia'.

Lalu ia kembali lagi ke tetek ibunya dan menghisapnya'. Abu Hurairah radhiallahu 'anhu berkata, 'Seakan-akan aku melihat Rasulullah shallallahu'alaihi wa sallam menirukan gerakan si bayi dan meletakkan jarinya di mulut lalu menghisapnya. Lalu ibunya melalui seorang wanita hamba sahaya yang sedang dipukuli. Sang ibu berkata, 'Ya Allah, jangan jadikan anakku seperti dia'. Beliau bersabda, 'Bayi itu lalu meninggalkan tetek ibunya dan menghadap kepada wanita hamba sahaya itu seraya berdo'a, 'Ya Allah jadikanlah aku seperti dia'. Beliau bersabda, 'Dan pembicaraan itu berulang.

Sang ibu berkata (kepada anaknya), 'Dibelakangku berlalu seorang penunggang kuda yang mengenakan tanda pangkat lalu aku berkata, 'Ya Allah, jadikanlah anakku seperti dia'. Lantas engkau berkata, 'Ya Allah, jangan jadikan aku seperti dia'. Lalu aku berlalu dihadapan wanita hamba sahaya ini dan aku katakan, 'Ya Allah, jangan jadikan anakku seperti dia'. Lalu engkau berkata, 'Ya Allah jadikanlah aku seperti dia'. Bayi itu berkata, 'Wahai ibu, sesungguhnya penunggang kuda yang mengenakan tanda pangkat itu adalah orang yang sombong di antara orang-orang yang sombong.

Sedang terhadap hamba sahaya wanita itu, orang-orang berkata, 'Dia berzina, padahal ia tidak berzina. Dia mencuri, padahal ia tidak mencuri'. Sedang hamba sahaya tersebut berkata, 'cukuplah Allah sebagai pelindungku'. (HR. Al-Bukhari, 6/511, Ahmad dan ini adalah lafazh beliau, Muslim dalam Al-Adab.)
sealkazzsoftware.blogspot.com resepkuekeringku.com