Washington, Wartakotalive.com
Ongkos Berangkat ke Bln Rp14 Triliun
Banyaknya Luar angkasa AS (NASA) mendirikan suatu perusahaan swasta yg bertujuan buat mengirimkan manusia ke Bln, pasti saja bila mereka dapat membayar ongkosnya.
Perusahaan yg dikasih nama Golden Spike itu menawari perjalanan ke Bln buat dua orang. Penggemar mungkin orang biasa, perwakilan negeri atau peneliti. Maksud berangkat ke Bln sanggup cuma sekadar jalan-jalan, penelitian atau kebanggaan nasional.
Disayangkan, anggaran jalan-jalan ke Bln tidaklah murah. Pecinta mesti merogoh koceknya sampai 1,5 miliar dolar AS atau seputar Rupiah 14 triliun. Meskipun ongkos jalan-jalan ini mahal sekali, Golden Spike optimistis mampu jalankan 20 kali peluncuran ke bln sebelum 2020.
Terakhir kali NASA mengirimkan manusia ke bln yakni 40 th dulu. Sesudah AS memenangkan apa yg dinamakan "space race" bersama Uni Soviet, sepertinya kesukaan utk kembali ke Bln mulai sejak meredup.
Bahkan, Presiden Barack Obama membatalkan gagasan NASA utk kembali ke Bln. Obama menyampaikan AS telah sempat ke Bln & misi itu telah selesai.
Tapi, Golden Spike sudah melaksanakan pembicaraan dgn jumlahnya negeri yg tertarik bersama rencana kembali ke Bln ini. Begitu Presiden Golden Spike, yg pun mantan petinggi NASA, Alan Stern.
"Bayangkan seandainya negeri sebagaimana Afrika Selatan, Korea Selatan atau Jepang jadi klien kami. Ini bukan menyangkut siapa yg mula-mula tapi ini berkenaan kebanggaan negeri," kata Stern.
"Kami sama seperti menambahkan apa yg dilakukan NASA kepada 1960-an. Kami bakal membuatnya jadi komoditi terhadap 2020," lanjut Stern.
Golden Spike, kata Stern, dapat membeli roket & kapsul yg telah ada. Perusahaan ini pun bakal mengembangkan baju angkasa luar & pendarat bln.
Golden Spike diperkuat para veteran misi angkasa luar & salah satu direkturnya yaitu mantan direktur misi penerbangan di era Apollo, Gerry Griffin yg sempat memimpin Pusat Angkasa Johnson.
Sementara para penasihan perusahaan itu antara lain salah satu calon kandidat presiden Partai Republik Newt Gingrich, mantan dubes AS utk PBB Bill Richardson & insinyur Homer Hickam.
Ongkos Berangkat ke Bln Rp14 Triliun
Banyaknya Luar angkasa AS (NASA) mendirikan suatu perusahaan swasta yg bertujuan buat mengirimkan manusia ke Bln, pasti saja bila mereka dapat membayar ongkosnya.
Perusahaan yg dikasih nama Golden Spike itu menawari perjalanan ke Bln buat dua orang. Penggemar mungkin orang biasa, perwakilan negeri atau peneliti. Maksud berangkat ke Bln sanggup cuma sekadar jalan-jalan, penelitian atau kebanggaan nasional.
Disayangkan, anggaran jalan-jalan ke Bln tidaklah murah. Pecinta mesti merogoh koceknya sampai 1,5 miliar dolar AS atau seputar Rupiah 14 triliun. Meskipun ongkos jalan-jalan ini mahal sekali, Golden Spike optimistis mampu jalankan 20 kali peluncuran ke bln sebelum 2020.
Terakhir kali NASA mengirimkan manusia ke bln yakni 40 th dulu. Sesudah AS memenangkan apa yg dinamakan "space race" bersama Uni Soviet, sepertinya kesukaan utk kembali ke Bln mulai sejak meredup.
Bahkan, Presiden Barack Obama membatalkan gagasan NASA utk kembali ke Bln. Obama menyampaikan AS telah sempat ke Bln & misi itu telah selesai.
Tapi, Golden Spike sudah melaksanakan pembicaraan dgn jumlahnya negeri yg tertarik bersama rencana kembali ke Bln ini. Begitu Presiden Golden Spike, yg pun mantan petinggi NASA, Alan Stern.
"Bayangkan seandainya negeri sebagaimana Afrika Selatan, Korea Selatan atau Jepang jadi klien kami. Ini bukan menyangkut siapa yg mula-mula tapi ini berkenaan kebanggaan negeri," kata Stern.
"Kami sama seperti menambahkan apa yg dilakukan NASA kepada 1960-an. Kami bakal membuatnya jadi komoditi terhadap 2020," lanjut Stern.
Golden Spike, kata Stern, dapat membeli roket & kapsul yg telah ada. Perusahaan ini pun bakal mengembangkan baju angkasa luar & pendarat bln.
Golden Spike diperkuat para veteran misi angkasa luar & salah satu direkturnya yaitu mantan direktur misi penerbangan di era Apollo, Gerry Griffin yg sempat memimpin Pusat Angkasa Johnson.
Sementara para penasihan perusahaan itu antara lain salah satu calon kandidat presiden Partai Republik Newt Gingrich, mantan dubes AS utk PBB Bill Richardson & insinyur Homer Hickam.