25 July 2010
Menjual Semua Hartanya untuk Sedekah, Malah Kaya Raya (Kisah Nyata)
Penyesalan (Hadiah Sang Ayah)
Selama beberapa bulan dia selalu membayangkan, nanti pada saat wisuda ayahnya pasti akan membelikan mobil itu kepadanya. Dia yakin, karena dia anak satu- satunya dan ayahnya sangat sayang padanya, sehingga dia yakin banget nanti dia pasti akan mendapatkan mobil itu.
Dia pun berangan-angan mengendarai mobil itu, bersenang-senang dengan teman-temannya, bahkan semua mimpinya itu dia ceritakan keteman-temannya. Saatnya pun tiba, siang itu, setelah wisuda, dia melangkah pasti ke ayahnya. Sang ayah tersenyum, dan dengan berlinang air mata karena terharu dia mengungkapkan betapa dia bangga akan anaknya, dan betapa dia mencintai anaknya itu. Lalu dia pun mengeluarkan sebuah bingkisan,... bukan sebuah kunci !
Dengan hati yang hancur sang anak menerima bingkisan itu, dan dengan sangat kecewa dia membukanya. Dan dibalik kertas kado itu ia menemukan sebuah Kitab Suci yang bersampulkan kulit asli, dikulit itu terukir indah namanya dengan tinta emas. Pemuda itu menjadi marah, dengan suara yang meninggi dia berteriak, "Yaahh... Ayah memang sangat mencintai saya, dengan semua uang ayah, ayah belikan alkitab ini untukku ? " Lalu dia membanting Kitab Suci itu dan lari meninggalkan ayahnya. Ayahnya tidak bisa berkata apa-apa, hatinya hancur, dia berdiri mematung ditonton beribu pasang mata yang hadir saat itu.
Tahun demi tahun berlalu, sang anak telah menjadi seorang yang sukses, dengan bermodalkan otaknya yang cemerlang dia berhasil menjadi seorang yang terpandang. Dia mempunyai rumah yang besar dan mewah, dan dikelilingi istri yang cantik dan anak-anak yang cerdas. Sementara itu ayahnya semakin tua dan tinggal sendiri. Sejak hari wisuda itu, anaknya pergi meninggalkan dia dan tak pernah menghubungi dia.
Dia berharap suatu saat dapat bertemu anaknya itu, hanya untuk meyakinkan dia betapa kasihnya pada anak itu. Sang anak pun kadang rindu dan ingin bertemu dengan sang ayah, tapi mengingat apa yang terjadi pada hari wisudanya, dia menjadi sakit hati dan sangat mendendam. Sampai suatu hari datang sebuah telegram dari kantor kejaksaan yang memberitakan bahwa ayahnya telah meninggal, dan sebelum ayahnya meninggal, dia mewariskan semua hartanya kepada anak satu-satunya itu. Sang anak disuruh menghadap Jaksa wilayah dan bersama-sama ke rumah ayahnya untuk mengurus semua harta peninggalannya.
Saat melangkah masuk ke rumah itu, mendadak hatinya menjadi sangat sedih, mengingat semua kenangan semasa dia tinggal di situ. Dia merasa sangat menyesal telah bersikap jelak terhadap ayahnya. Dengan bayangan-bayangan masa lalu yang menari-nari di matanya, dia menelusuri semua barang dirumah itu. Dan ketika dia membuka brankas ayahnya, dia menemukan Kitab Suci itu, masih terbungkus dengan kertas yang sama beberapa tahun yang lalu.
Dengan airmata berlinang, dia lalu memungut Kitab Suci itu, dan mulai membuka halamannya. Di halaman pertama Kitab Suci itu, dia membaca tulisan tangan ayahnya, "Sebaik-baik manusia adalah mereka yang paling bermanfaat bagi orang lain. Dan Tuhan Maha Kaya dari segala apa yang ada di dunia ini" Selesai dia membaca tulisan itu, sesuatu jatuh dari bagian belakang Kitab Suci itu.
Dia memungutnya,.... sebuah kunci mobil ! Di gantungan kunci mobil itu tercetak nama dealer, sama dengan dealer mobil sport yang dulu dia idamkan ! Dia membuka halaman terakhir Alkitab itu, dan menemukan di situ terselip STNK dan surat-surat lainnya, namanya tercetak di situ. dan sebuah kwitansi pembelian mobil, tanggalnya tepat sehari sebelum hari wisuda itu.
Dia berlari menuju garasi, dan di sana dia menemukan sebuah mobil yang berlapiskan debu selama bertahun-tahun, meskipun mobil itu sudah sangat kotor karena tidak disentuh bertahun-tahun, dia masih mengenal jelas mobil itu, mobil sport yang dia dambakan bertahun-tahun lalu. Dengan buru-buru dia menghapus debu pada jendela mobil dan melongok ke dalam. bagian dalam mobil itu masih baru, plastik membungkus jok mobil dan setirnya, di atas dashboardnya ada sebuah foto, foto ayahnya, sedang tersenyum bangga. Mendadak dia menjadi lemas, lalu terduduk di samping mobil itu, air matanya tidak terhentikan, mengalir terus mengiringi rasa menyesalnya yang tak mungkin diobati........
SEBERAPA MAHAL DAN BERHARGANYA KITA PERNAH KEHILANGAN SEBUAH BARANG, NAMUN TAK SEMENYESAL JIKA KITA KEHILANGAN ORANG-ORANG YANG KITA CINTAI (Sebelum kita meminta maaf padanya)...
Sumbernya
Kisah sedih seorang ayah
Diana Aku adalah seorang ayah dengan 5 orang anak. Ekonomi keluargaku tergolong pas – pas an, aku bekerja sebagai pekerja lapangan dengan hasil yang tak seberapa. Tapi keahlian istriku dalam berjualan dan mengatur ekonomi rumah tangga nantinya dapat mengantarkan anak – anak kami 3 diantaranya menjadi sarjana dan 2 orang lainnya hanya sampai lulus SMA. Kehidupanku sewaktu anak – anak masih belum menikah, sungguh sangat bahagia. Meskipun kadang terdengar ada percekcokan antara mereka, tapi selalu berujung baik. Masalah – masalah pun dapat terselesaikan. Hingga akhirnya istri ku harus menghadap Sang Pencipta. Aku rasa perlahan – lahan sinar mulai menjauh dari keluargaku. Aku sangat terpukul sepeninggal istriku. Rasanya hari – hari yang kulalui masih terbayang selalu.
Rupanya, salah seorang teman dekatku merasa bahwa aku harus segera memiliki pengganti istriku agar aku tidak terus berlarut – larut dalam kesedihan. Lalu pada suatu hari, datanglah seorang wanita dengan membawa seorang anak perempuan ke rumahku. Sebelumnya aku menolak perjodohan itu.Tapi karena didesak oleh anak – anakku,entah bagaimana urutan ceritanya, akhirnya akupun menikah dengan wanita itu. Yang kuingat, jarak antara kematian istriku dengan pernikahan keduaku itu hampir 1 tahun.
Dari pernikahan kedua ini, ternyata istriku tidak seperti yang kubayangkan sebelumnya. Istriku ini sangat mengatur aku, dan apa – apa yang kupunyai termasuk warisan dari istri pertamaku (yang seharusnya milik anak – anakku). Hampir semua keinginannya harus dituruti. Dan kadang aku harus mengalahkan kepentingan anak – anakku. Tapi aku mencoba sabar dan sabar. Rasanya lucu juga kalau diumur setua ini harus bercerai karena ketidakcocokan. Aku malu, jadi aku coba terus bertahan. Bila aku sedang kesal dengan tingkah lakunya, aku coba mengingat – ingat kebaikannya agar aku tidak menyesal karena telah menikah lagi dengannya.
Masalahku bukan hanya ini. Hampir semua anak – anakku mengalami masalah dalam rumah tangganya. Anak - anak perempuanku ternyata memiliki suami dengan karakteristik yang hampir sama. Suami yang ringan tangan dan suka main perempuan. Sedih rasanya melihat anak – anak yang kubesarkan dengan kasih sayang, dipukul dan dilukai oleh suaminya. Semua kejadian itu memang tidak berlangsung di depan mataku. Tapi aku tidak buta. Aku masih bisa melihat bekas – bekas luka itu. Aku tidak lantas menyalahkan menantu laki – lakiku. Aku selalu mencari tahu apa yang jadi penyebab pertengkaran itu. Dan aku juga tahu bahwa anakku tidak bersalah. Karena tidak tahan melihat, aku pernah menyarankan untuk mengakhiri pernikahan saja. Tapi jawaban yang aku dengar hanya, malu atau saya punya anak.. Dan jawaban itu pula yang aku dengar dari anak – anak perempuanku yang lain. Mereka lebih memilih bertahan dengan perkawinan yang seperti itu dari pada mendengarkan perkataanku.
Lain ceritanya dengan anak laki – lakiku. Semua menantu perempuanku ternyata tidak seperti yang kuharapkan. Semuanya, tidak pintar dalam mengelola keuangan, sehingga selalu ada masalah keuangan sampai – sampai harus sering berhutang.Padahal aku lihat, gaji anakku yang diberikan pada menantuku itu lebih dari cukup untuk kebutuhan sebulan. Aku tidak tahu uang itu dikemanakan saja. Intinya, permasalahan dari keluarga anak – anak lakiku adalah keuangan. Hutang sepertinya sudah menjadi hobi. Gali lubang tutup lubang. Sampai – sampai aku memutuskan akan menjual tanah – tanah yang kumiliki untuk segera dibagikan hasilnya. Tapi , istriku yang sekarang menuntut jatah untuk dia dan anak bawaannya. Padahal tanah – tanah itu aku beli ketika masih menikah dengan ibu anak – anakku. Dan hal ini masih menjadi permasalahan sampai sekarang .
Kadang aku berpikir, salah apa yang telah aku perbuat sebelumnya. Setiap malam aku selalu berdoa agar masalah – masalah ini segera berakhir. Dan aku mohon panjangkanlah umurku agar aku masih sempat melihat anak – anakku bahagia.
SumbernyaBencana-Bencana besar Dunia
1. Black death di seluruh eropa tahun 1347-1351 (75 juta orang tewas)
2. Epidemi Influenza besar di seluruh dunia tahun1918-1919 (22 juta-40 juta org tewas)
3. Epidemi di AIDS di seluruh dunia (Korban tak terhitung)
4. Wabah kelaparan di
5. Kekeringan, wabah kelaparan, dan epidemi di
6. Kekeringan, wabah kelaparan, dan penyakit di
7. Wabah kelaparan di Ukraina tahun 1932 (7 juta org tewas)
8. Wabah kelaparan di Ukraina tahun 1921 (5 juta orang tewas)
9. Epidemi cacar di Meksiko tahun 1520 (4 juta orang tewas)
10. Demam berkeringat di Inggris (3 juta orang tewas)
11. Banjir sungai Kuning danSungai Yangtze
12. Wabah kelaparan kentang di Irlandia
13. Badai Bangladesh tahun 1970
14. Gempa bumi besar
15. Gempa bumi
16. Wabah kelaparan Rusia tahun 1891
17. Wabah Pes di Konstantinopel
18. Gempa bumi Antiokia, Siria tahun 526
19. Gempa bumi
20. Gempa bumi
21. Gempa bumi besar Kanto di Jepang
22. Letusan Tambora tahun 1815 di Indonesia dan tahun tanpa musim panas
23. Angin topan Kalkuta di India tahun 1864
24. Gempa bumi dan tanah longsor di
25. Gempa bumi
26. Gempa bumi
27. Gempa bumi Erzincan, Turki, tahun 1939
28. Gempa bumi dan tanah longsor
29. Letusan gunung Pelee
30. Letusan gunung
31. Gempa bumi Izmit, Turki, tahun 1999
32. Topan besar tahun 1780
33. Tsunami Jepang tahun 1780
34. Letusan gunung Vesuvius di Pompeii, Italia tahun 79
35. Topan Mitch
36. Kecelakaan Pabriki nuklir Chernobyl di Ukraina
37. Topan Fifi
38. Topan Galveston
39. Kabut Maut London tahun 1952
40. Topan hindia Barat dan danau Okeechobee tahun1928
41. Gempa bumi Kobe di Jepang tahun 1995
42. Tabrakan antara Dona Paz dan Vector tahun 1987
43. Ledakan gereja
44. Kebocoran pabrik kimia Bhopal di India
45. Gempa bumi
46. Serangan WTC tanggal 11 september
47. Banjir Johnstown
48. Ledakan Mont Blanc
49. Tenggelamnya Sultana
50. Tenggelamnya Titanic
51. Kebakaran besar
52. Tenggelamnya Toya Maru
53. Ledakan tambang Courrieres tahun 1906
54. Tenggelamnya Impress of
55. Kebakaran di General Slocum
56. Badai salju N.Y city tahun 1888
57. Kecelakaan kereta api
58. Tornado
59. Kebakaran theater Iroqouis di Chicago tahun 1903
60. Topan Georges di Alabama tahun 1998
61. Topan besar
62. Tabrakan di Landas pacu
63. Ledakan pelabuhan
64. Bencana kereta api di terowongan Italia tahun 1944
65. Jatuhnya pesawat 123 maskapai penerbangan Jepang tahun 1985
66. Kebakaran klab Cocoanut Grove tahun 1942
67. Kebakaran kereta api Mesir tahun 2002
68. Bencana tambang Monongah tahun 1907
69. Tabrakan pesawat Arab Saudi-Kazakhstan tahun 1996
70. Jatuhnya DC-10 maskapai penerbangan Turki tahun 1974
71. Kebakaran di pusat perbelanjaan L'Innovation di Belgia tahun 1967
72. Tornado Midwestern di Indiana tahun 1974
73. Kerusuhan sepak bola
74. Jatuhnya DC-10 American Airlines di Chicago tahun 1979
75. Pengeboman Pan Am Lockerbie di Skotlandia tahun 1988
76. Jebolnya bendungan Stava di Italia tahun 1985
77. Jatuhnya pesawat 800
78. Kecelakaan kereta Quintinshill di Skotlandia 1915
79. Banjir Florence Art tahun 1966
80. Pengeboman Oklahoma City tahun 1995
81. Kebakaran Sirkus Ringling Bros dan Barnum & Bailey tahun 1944
82.Kebakaran pabrik Triangle di
83. Kebakaran kapal
84. Kebakaran hotel Winecoff di
85. Runtuhnya lorong di Hyatt Regency di Kansas tahun 1981
86. Tabrakan besar kereta
87. Topan Andrew tahun 1992
88. Gempa bumi
89. Banjir U.S Midwest tahun 1993
90. Topan Hugo tahun 1989
91. Ledakan balon udara Hindenburg tahun 1937
92. Kebakaran perbukitan
93. Kebakaran besar
94. Tumpahnya minyak Exxon Valdez di Alaska tahun 1989
95. Dust Bowl di Amerika Serikat tahun 1932 - 1937
96. Kecelakaan nuklir pulau Three Mile tahun 1979
97. Jatuhnya pasar saham Amerika Serikat tahun 1929
98. Ledakan pesawat ulang alik Challenger tahun 1986
99. Terbakarnya Apollo 1 tahun 1967
100. kebakaran Library of Congress tahun 1851
101. Tsunami Di Aceh (
Kisah Taubat Seorang Peragawati dari Negeri Barat
Peter Sanders, Raja Fotografi yang Menemukan Islam
Sebagai salah satu fotografer legendaris dan ternama, Sanders terbilang unik. Ia tak pernah mengenyam pendidikan fotografi, sebagaimana umumnya para fotografer profesional. Sanders hanya belajar fotografi secara autodidak.
Kursus fotografi pertama Sanders justru dilakukan akhir 1990 di Swiss atau tiga dasawarsa setelah ia malang melintang di jagat fotografi. "Itu pun karena saya mendapat proyek di Arab Saudi yang menuntut penggunaan kamera format besar," tuturnya. Sanders muda mengaku sering kesulitan uang. Tapi, ia berani berspekulasi dengan menjadi seorang fotografer. Ia menjajakan karya-karyanya ke penerbitan, koran, majalah, atau sampul album musik.
Sanders mengaku terjun ke dunia fotografi hanya menuruti panggilan hatinya. Sebab, ia tak memiliki kemampuan dan keahlian yang bisa diandalkan. Lantaran hobi, ia merasa bakal mampu survive di dunia fotografi kendati tanpa harus memiliki titel mentereng.
Saat ini, Sanders memiliki Peter Sanders Photography Library. Ini semacam pepustakaan yang mendokumentasi karya Sanders sepanjang 39 tahun kariernya di dunia Muslim. Ada lebih dari 250 ribu foto dalam bentuk digital di situ. Ia menjualnya untuk keperluan majalah atau buku-buku tentang Islam.
Dunia fotografi profesional sudah Sanders tekuni lebih dari 50 tahun lamanya. Namun, tidak demikian dengan dunia spiritualnya saat ini. Sang fotografer kawakan kelahiran London, Inggris, 64 tahun silam ini memang tidak dilahirkan dari keluarga Muslim. Agama Islam sendiri baru dikenalnya pada saat ia melakukan perjalanan ke India pada 1970.
Ia mulai berkarier dalam dunia fotografi pada pertengan tahun 1960-an. Saat itu, fotografi yang sedang ngetrend adalah mengabadikan bintang-bintang musik terkenal. Begitu juga dengan Sanders. Ia berdiri di bibir panggung para superstar hanya untuk mengabadikan aksi panggung Bob Dylan, Jimi Hendrix, The Doors, The Who, atau Rolling Stones.
Namun, Sanders merasa jiwanya kering. Kejenuhan akan objek yang itu-itu saja dan persepsinya terhadap fotografi akhirnya membawa dia pada sebuah perjalanan yang rumit. Ia merasa dunia fotografi semakin tak menantang. Hal itu membuatnya semakin gelisah. Maka, pada 1970, ia mengembara hingga ke India.
Perjalanan ini pun membawa Sanders pada dunia yang belum pernah dikenalnya. Ia mulai mengenal Islam dan mencoba mempelajarinya. Semakin lama, ia makin terpesona dengan keindahan Islam. "Ketika itu, usia saya baru menginjak 24 tahun. Saya bertanya tentang mati. Usaikah diri kita setelah mati? Pertanyaan itu terus menghantui saya. Saya pergi ke India. Saya belajar Hindu, Buddha, Sikh, dan Islam," ungkapnya mengkisahkan awal mula perjalanannya menemukan Islam.
Saat berada di India, Sanders mengalami peristiwa yang amat berkesan. Pada suatu pagi, saat tengah menunggu kereta api di stasiun yang penuh dengan orang dan hiruk pikuk keramaian, seorang ibu tiba-tiba menggelar tikar di dekatnya. Ibu tersebut lantas melakukan gerakan shalat di situ. Hal ini mengejutkan Sanders. Sebab, selama ini dia memang belum pernah melihat orang shalat.
Kemudian, Sanders bertanya kepada seorang anak muda yang berdiri di dekatnya. "Apakah ini?" Anak muda tersebut menjawab, "Ini nenek saya. Dia seorang Muslim. Ia sedang shalat." Momen tersebut terus terekam dalam ingatannya.
Setelah perjalanan ke India tersebut, ia kembali ke Inggris dan mendapati teman-teman lamanya banyak yang terjerumus dalam penggunaan narkoba. Namun, beberapa orang temannya ada yang menjadi Muslim dan terhindar dari dunia narkoba dan kehidupan malam. Dari sini, ia seakan mendapatkan petunjuk. "Inilah jalan yang harus saya tempuh." Begitu batinnya mengatakan. Akhirnya, ia memutuskan masuk Islam dan mengganti namanya menjadi Abd al-Adheem.
Di sebuah koran beberapa tahun lalu, Sanders membuka rahasia mengapa ia memilih Islam. Menurutnya, tak ada yang menariknya kepada agama yang dibawa Nabi Muhammad SAW, selain yang menciptakan manusia. "Tuhanlah yang memilihkan untuk saya," katanya.
Maka, seusai mendeklarasikan keislamannya ini, Sanders tampak makin bersahaja. Ia tak lagi merasa kering dan gersangnya hati. Islam memberi roh pada pekerjaannya. Islam juga mengilhaminya pada sebuah jalan baru untuk makin menekuni dunia fotografi, namun dengan objek yang berbeda.
Tahun itu juga, Sanders memutuskan pensiun menjadi fotografer selebriti. Ia memulai pengembaraannya ke negeri-negeri Muslim. Tiga bulan setelah masuk Islam, ia berkesempatan menunaikan ibadah haji ke Makkah atas biaya dari seorang kenalannya.
Saat menunaikan ibadah haji, Sanders mendapat kesempatan untuk memotret Ka'bah dan lautan jamaah haji dari jarak dekat. Pada tahun 1971, saat itu masih terbilang sulit untuk bisa mengambil gambar di Makkah dan Ka'bah pada khususnya serta lokasi lain di Arab Saudi. Namun, berkat keuletannya, dia mendapatkan izin dari orang yang tepat dan terpandang di Arab Saudi saat itu.
Foto-foto perjalanan spiritualnya dimuat di media-media utama Barat untuk pertama kalinya, seperti The Sunday Times Magazine dan The Observer. Dan, mulai saat itulah, Peter Sander alias Abd AlAdheem makin terkenal.
Sumbernya
Pendeta Masuk Islam dengan hidayah melalui Penjual Ikan Yang tidak lulus SD
PAGI menjelang siang hari itu, nuansa Idul Fitri 1427 Hijriah masih terasa di Tolitoli. Hari itu baru memasuki hari ke-9 lebaran. Kendati terik panas matahari masih mengitari Tolitoli dan sekitarnya, tetapi denyut aktivitas warga tetap seperti biasa.
Begitupun di sekitar Jalan Bangau, Kelurahan Tuweley, Kelurahan Baru, Kabupaten Tolitoli. Aktivitas sehari-hari warga berjalan seperti biasa. Kecuali di salah satu rumah kost di jalan itu, pintunya tampak masih tertutup rapat. Di rumah kost inilah, Yahya Yopie Waloni (36), bersama istrinya Lusiana (33) dan tiga orang anaknya tinggal sementara.
“Pak Yahya bersama istrinya baru saja keluar. Sebaiknya bapak tunggu saja di sini, sebelum banyak orang. Karena kalau pak Yahya ada di sini banyak sekali tamunya. Nanti bapak sulit ketemu beliau,” jelas ibu Ani, tetangga depan rumah Yahya kepada Radar Sulteng.
Yahya bersama istrinya memeluk Islam secara sah pada hari Rabu, 11 Oktober 2006 pukul 12.00 Wita melalui tuntunan Komarudin Sofa, Sekretaris Pimpinan Cabang Nahdlatul Ulama (NU) Tolitoli. Hari itulah Yahya dengan tulus mengucapkan dua kalimat syahadat.
Setelah memeluk Islam, nama Yahya Yopie Waloni diganti dengan Muhammad Yahya, dan istrinya Lusiana diganti dengan Mutmainnah. Begitupun ketiga anaknya. Putri tertuanya Silvana (8 tahun) diganti dengan nama Nur Hidayah, Sarah (7 tahun) menjadi Siti Sarah, dan putra bungsunya Zakaria (4 tahun) tetap menggunakan nama itu.
Mohammad Yahya sebelum memeluk Islam, pernah menjabat Ketua Sekolah Tinggi Theologia Calvinis di Sorong tahun 2000-2004. Saat itu juga ia sebagai pendeta dengan status sebagai pelayan umum dan terdaftar pada Badan Pengelola Am Sinode GKI di tanah Papua, Wilayah VI Sorong-Kaimana. Ia menetap di Sorong sejak tahun 1997. Tahun 2004 ia kemudian pindah ke Balikpapan. Di sana ia menjadi dosen di Universitas Balikpapan (Uniba) sampai tahun 2006.
Yahya menginjakkan kaki di kota Cengkeh, Tolitoli, tanggal 16 Agustus 2006. Sambil menunggu kedatangan Yahya, ibu Ani mempersilakan Radar Sulteng masuk ke rumahnya. Sebagai tetangga, Ibu Ani tahu banyak aktivitas yang terjadi rumah kontrakan Yahya. “Pak Yahya pindah di sini kira-kira baru tiga minggu lalu. Sejak pindah, di sini rame terus. Orang-orang bergantian datang. Ada yang datang dengan keluarganya. Malah ada yang rombongan dengan truk dan Kijang pickup. Karena rame sekali terpaksa dibuat sabua (tenda, red) dan drop kursi dari kantor Lurah Tuweley,” cerita ibu Ani.
Hari pertama Yahya pindah di Jalan Bangau itu, orang-orang berdatangan sambil membawa sumbangan. Ada menyumbang belanga, kompor, kasur, televisi, Alquran, gorden dan kursi. Mereka bersimpati karena Yahya sekeluarga saat pindah dari tempat tinggal pertamanya hanya pakaian di badan. Rumah yang mereka tempati sebelumnya di Tanah Abang, Kelurahan Panasakan adalah fasilitas yang diperoleh atas bantuan gereja. Sehingga barang yang bukan miliknya ia tanggalkan semuanya.
Tidak lama menunggu di rumah Ibu Ani, datang dua orang ibu-ibu yang berpakaian dinas pegawai negeri sipil. Keduanya juga mampir di rumah Ibu Ani. Salah satu dari mereka adalah Hj Nurdiana, pegawai di Balitbang Diklat, Pemkab Tolitoli. Ibu berjilbab ini ternyata guru mengaji. Dia adalah guru mengaji yang khusus membimbing istri Yahya.
“Saya baru tiga kali pertemuan dengan ibu Yahya. Supaya ibu Yahya mudah memahami huruf hijjaiyah, saya menggunakan metode albarqy. Alhamdulillah sekarang sedikit sudah bisa,” kata Nurdiana. Menurutnya, dia tidak kesulitan mengajari ibu Yahya. Malah, katanya, ibu Yahya cepat sekali memahami huruf-huruf hijaiyah yang diajarkan. Karena itu dia memperkirakan kemungkinan dalam waktu tidak lama ibu Yahya sudah bisa lancar mengaji.
Hanya sekitar 20 menit menunggu di rumah ibu Ani, bunyi kendaraan sepeda motor butut milik Yahya terdengar memasuki halaman rumah kontrakannya. Radar Sulteng diterima dengan senang hati, lalu dipersilakan duduk di sofa. Sementara Yahya memilih duduk di lantai alas karpet. Badannya disandarkan ke kursi sofa. “Kita lebih senang duduk di bawah sini,” tuturnya dengan logat kental Manado.
Cara duduk Yahya, tampak tidak tenang. Sesekali ia membuka kedua selangkangnya. Ternyata karena baru beberapa hari selesai disunat. “Setelah tiga hari saya masuk Islam, saya langsung minta disunat di rumah ini,” cerita Yahya, sesekali disertai canda.
Penataan interior rumah kost Yahya tampak apik. Di dinding ruang tamu tampak terpampang kaligrafi ayat kursi yang dibingkai dengan warna keemasan. Di sisi lain, kaligrafi Allah-Muhammad juga terpampang. Di meja ruang tamu terdapat dua buah Alquran lengkap terjemahannya. Di tengah meja itu, juga masih ada tiga toples kue lebaran. “Rumah ini saya kontrak sementara. Saya sudah bayar Rp 2,5 juta,” rinci Yahya.
Di tengah asiknya bercerita, istri Yahya, Mutmainnah menyuguhkan beberapa cangkir teh panas. “Silakan diminum air panasnya,” kata ibu tiga anak ini yang saat itu mengenakan jilbab cokelat. Tidak lama kemudian, dia masuk di salah satu kamar dan mengajak guru mengajinya Hj Nurdiana bersama rekannya. Dari balik kamar itulah terdengar suara Mutmainnah yang sedang mengeja satu per satu huruf hijaiyah. Terdengar memang masih kaku, tetapi berulang-ulang satu per satu huruf-huruf Alquran itu dilafalkannya.
Lain halnya dengan suaminya, Yahya. Pria kelahiran Manado ini mengaku sudah bisa melafalkan beberapa ayat setelah beberapa kali diajarkan mengaji oleh Komarudin Sofa. Selain Komarudin, selama ini ia juga mendapat bimbingan dari ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Tolitoli, Yusuf Yamani. “Hanya lima menit saya diajarkan. Saya langsung paham. Surat Fatihah saya sudah hafal,” ujar Yahya.
Selain belajar mengaji dan menerima tamu, aktivitas Yahya juga kerap menghadiri undangan di beberapa masjid. Tidak hanya dalam kota, tetapi sampai ke desa-desa di Kabupaten Tolitoli. “Saya ditemani beberapa orang. Ada juga dari Departemen Agama,” katanya.
Yahya bersama istrinya memeluk Islam secara sah pada hari Rabu, 11 Oktober 2006 pukul 12.00 Wita melalui tuntunan Komarudin Sofa, sekretaris Pimpinan Cabang Nahdlatul Ulama (NU) Tolitoli. “Hari itu saya sudah mengucapkan dua kalimat syahadat yang dituntun Pak Komarudin,” cerita Yahya. Apa yang melatari sampai Yahya dan keluarganya memeluk Islam.
PAK Yahya, begitu sapaan akrabnya. Pria kelahiran Manado tahun 1970 ini lahir dari kalangan terdidik dan disiplin. Ayahnya seorang pensiunan tentara. Sekarang menjabat anggota DPRD di salah satu kabupaten baru di Sulawesi Utara. Sebagai putra bungsu dari tujuh bersaudara, Yahya saat bujang termasuk salah seorang generasi yang nakal. “Saya tidak perlu cerita masa lalu saya. Yang pasti saya juga dulu pernah nakal,” tukasnya.
Lantaran kenakalannya itulah mungkin, sehingga beberapa bagian badannya terdapat bekas tato. Di lengannya terdapat bekas luka setrika untuk menghilangkan tatonya. “Ini dulu bekas tato. Tapi semua sudah saya setrika,” katanya sambil menunjuk bekas-bekas tatonya itu.
Postur tubuhnya memang tampak mendukung. Tinggi dan tegap. Meski ia pernah nakal, tetapi pendidikan formalnya sampai ke tingkat doktor. Ia menyandang gelar doktor teologi jurusan filsafat. Saat ditemui, Yahya memperlihatkan ijazah asli yang dikeluarkan Institut Theologia Oikumene Imanuel Manado tertanggal 10 Januari 2004. Sehingga titel yang didapatnya pun akhirnya lengkap menjadi Dr Yahya Yopie Waloni, S.TH, M.TH.
Sebelum menyatakan dirinya masuk Islam, beberapa hari sebelumnya Yahya mengaku sempat bertemu dengan seorang penjual ikan, di rumah lamanya, kompleks Tanah Abang, Kelurahan Panasakan, Tolitoli. Pertemuannya dengan si penjual ikan berlangsung tiga kali berturut-turut. Dan anehnya lagi, jam pertemuannya dengan si penjual ikan itu, tidak pernah meleset dari pukul 09.45 Wita.
“Kepada saya si penjual ikan itu mengaku namanya Sappo (dalam bahasa Bugis artinya sepupu). Dia juga panggil saya Sappo. Tapi dia baik sekali dengan saya,” cerita Yahya.
Setiap kali ketemu dengan si penjual ikan itu, Yahya mengaku berdialog panjang soal Islam. Tapi Yahya mengaku aneh, karena si penjual ikan yang mengaku tidak lulus Sekolah Dasar (SD) tetapi begitu mahir dalam menceritakan soal Islam.
Pertemuan ketiga kalinya, lanjut Yahya, si penjual ikan itu sudah tampak lelah. “Karena saya lihat sudah lelah, saya bilang, buka puasa saja. Tapi si penjual ikan itu tetap ngotot tidak mau buka puasanya,” cerita Yahya, yang ditemui di rumah kontrakannya.
Sampai saat ini Yahya mengaku tidak pernah lagi bertemu dengan penjual ikan itu. Si penjual ikan mengaku dari dusun Doyan, desa Sandana (salah satu desa di sebelah utara kota Tolitoli). Meski sudah beberapa orang yang mencarinya hingga ke Doyan, dengan ciri-ciri yang dijelaskan Yahya, tapi si penjual ikan itu tetap tidak ditemukan.
Sejak pertemuannya dengan si penjual ikan itulah katanya, konflik internal keluarga Yahya dengan istrinya meruncing. Istrinya, Lusiana (sekarang Mutmainnah, red), tetap ngotot untuk tidak memeluk Islam. Ia tetap bertahan pada agama yang dianut sebelumnya. “Malah saya dianggap sudah gila,” katanya.
Tidak lama setelah itu, kata Yahya, tepatnya 17 Ramadan 1427 Hijriah atau tanggal 10 Oktober sekitar pukul 23.00 Wita. Ia antara sadar dengan tidak mengaku mimpi bertemu dengan seseorang yang berpakaian serba putih, duduk di atas kursi. Sementara Yahya di lantai dengan posisi duduk bersila dan berhadap-hadapan dengan seseorang yang berpakaian serba putih itu. “Saya dialog dengan bapak itu. Namanya, katanya Lailatulkadar,” ujar Yahya mengisahkan.
Setelah dari itu, Yahya kemudian berada di satu tempat yang dia sendiri tidak pernah melihat tempat itu sebelumnya. Di tempat itulah, Yahya menengadah ke atas dan melihat ada pintu buka-tutup. Tidak lama berselang, dua perempuan masuk ke dalam. Perempuan yang pertama masuk, tanpa hambatan apa-apa. Namun perempuan yang kedua, tersengat api panas.
“Setelah saya sadar dari mimpi itu, seluruh badan saya, mulai dari ujung kaki sampai kepala berkeringat. Saya seperti orang yang kena malaria. Saya sudah minum obat, tapi tidak ada perubahan. Tetap saja begitu,” cerita Yahya.
Sekitar dua jam dari peristiwa itu, di sebelah kamar, dia mendengar suara tangisan. Orang itu menangis terus seperti layaknya anak kecil. Yahya yang masih dalam kondisi panas-dingin, menghampiri suara tangisan itu. Ternyata, yang menangis itu adalah istrinya, Mutmainnah.
“Saya kaget. Kenapa istri saya tiba-tiba menangis. Saya tanya kenapa menangis. Dia tidak menjawab, malah langsung memeluk saya,” tutur Yahya.
Ternyata tangisan istri Yahya itu mengandung arti yang luar biasa. Ia menangis karena mimpi yang diceritakan suaminya kepadanya, sama dengan apa yang dimimpikan Mutmainnah. “Tadinya saya sudah hampir cerai dengan istri, karena dia tetap bertahan pada agama yang ia anut. Tapi karena mimpi itulah, malah akhirnya istri saya yang mengajak,” tandasnya.
Masuknya Yahya ke agama Islam, menimbulkan banyak interpretasi. Menurut Yahya, ada yang menyebut dirinya orang gila. Ada juga yang meragukannya, dan mungkin masih banyak interpretasi lain lagi tentang dirinya. “Tapi cukup saja sampai pada interpretasi, jangan lagi melebar ke yang lain,” pungkasnya.