Suatu hari, tampak seorang pengusaha muda sedang melaju di jalan raya mengendarai mobil mewah yang baru dibelinya. Perasaan puas, bangga dan senang menyelimutinya karena memiliki mobil yang sudah lama diidam-idamkan.
Tiba-tiba, saat sedang asyik menyetir, dia melihat seorang anak kecil menggerakkan tangan ke arah mobilnya yang disusul suara keras menghantam mobil. “Pletak…!!!” Suara itu terdengar nyaring di sebelah kiri pintu mobil. Sebuah batu kecil mengenai mobil baruya. Spontan, karena kaget, pengusaha muda itu menekan rem mobil kuat-kuat. Dengan perasaan geram, mobil pun segera dimundurkan ke arah dari mana batu itu dilempar
Dia bergegas turun untuk melihat apa yang terjadi dengan pintu mobil kesayangannya. “Aduh bener-bener kurang ajar!” Dia memaki sambil tangannya mengusap sayang goresan di pintu mobil.
Amarahnya memuncak Dengan segera matanya menangkap sosok anak kecil yang tadi dilihatnya melempar sesuatu ke arah mobilnya. Dihampiri anak itu dengan tangan terkepal menahan marah, “Hai kamu! Lihat apa yang telah kamu lakukan pada mobil kesayanganku, lihat goresan itu!” Teriaknya penuh amarah sambil bersiap-siap akan memukul.
Amarahnya memuncak Dengan segera matanya menangkap sosok anak kecil yang tadi dilihatnya melempar sesuatu ke arah mobilnya. Dihampiri anak itu dengan tangan terkepal menahan marah, “Hai kamu! Lihat apa yang telah kamu lakukan pada mobil kesayanganku, lihat goresan itu!” Teriaknya penuh amarah sambil bersiap-siap akan memukul.
Si anak tampak pucat dan gemetar ketakutan. Dia berusaha meminta maaf. “Maaf Pak, maaf. Saya salah dan benar-benar minta maaf. Sebab saya tidak tahu lagi harus melakukan apa.” Air mukanya tampak ngeri, matanya berkaca-kaca dan tangannya memohon ampun.
“Maaf Pak, saya melempar batu itu karena tidak ada seorang pun yang mau berhenti.” Dengan airmata berurai yang mulai berjatuhan di pipi, anak tadi menunjuk ke suatu arah. “Itu di sana ada kakakku yang lumpuh. Dia tergelincir terjatuh dari kursi rodanya dan kesakitan. Saya tidak kuat mengangkatnya dan tidak ada seorang pun yang mau behenti menolongnya,” ucapnya sambil terisak dan pandangan mata berharap.
“Tolong kakak saya Pak.” Melihat ketulusan si bocah, sang pengusaha itu tidak mampu berkata apa-apa. Amarahnya pun mulai reda. Tak lama, dia menghampiri dan mengangkat si cacat yang tengah mengerang kesakitan, lalu dia dudukkan ke kursi roda.
Si bocah pun tak henti-hentinya berterima kasih dan mengucapkan maaf. “Terima kasih Pak, semoga Tuhan membalas kebaikan hati Bapak. Dan sekali lagi maaf telah melukai mobil Bapak.” Lalu, si bocah kecil itu pun kembali mendorong kursi roda kakaknya untuk melanjutkan perjalanan. Sementara si pengusaha muda itu kembali mengendarai mobilnya sambil merenungi kejadian yang baru saja dia alami.
“Hidup akan jauh lebih indah dan bermakna jika kita mampu menyisihkan sebagian rezeki, waktu, dan tenaga untuk memperhatikan dan membantu orang lain yang membutuhkan.”
0 komentar:
Post a Comment