Cinta sejati itu tetap ada. Setidaknya begitulah yang dibuktikan sepasang suami istri dari China ini. Setelah 10 hari menikahi kekasihnya, Liu Guxiang, serdadu Kuomintang bernama Wang Deyao dipaksa meninggalkan sang istri karena harus berperang di garis depan. Namun, saat tentara Kuomintang dikalahkan Partai Komunis China, Wang yang ketika itu berusia 25 tahun, lari ke Taiwan.
Meski tidak pernah saling bertemu setelah 36 tahun, cinta itu ternyata tidak pernah padam. Saat Wang kembali ke tanah kelahirannya pada tahun 1984, ia memberikan satu kotak yang isinya 300 puisi dan ratusan surat yang ia tulis di pulau itu. Ia tidak bisa mengirimkan surat itu karena tak ada komunikasi antara China dan Taiwan saat itu.
Kisah cinta itu bermula sejak kecil. Perpisahan pertama terjadi saat mereka belum menikah. Jepang menginvasi China di tahun 1941. Wang lalu meninggalkan desanya di Xishui, Provinsi Hubei, dan bergabung dengan tentara Kuomintang untuk melindungi negaranya.
Namun, sebelum pergi, ia berjanji akan kembali dan menikahi Liu saat perang selesai. Beberapa tahun kemudian, ayah Liu memaksa putrinya menikah dengan seorang pria kaya di desa mereka. Tak terima, Liu kemudian melarikan diri dan kembali ke rumahnya setelah sang ayah membatalkan pernikahan itu.
Wang akhirnya kembali ke desa tersebut pada tahun 1947 dan bersatu dengan Liu. Mereka pun kemudian menikah. Setelah menikah, pasangan Liu Guxiang dan Wang Deyao, kembali dipisahkan. Setelah 10 hari merasakan kehidupan pasangan suami istri, Wang kembali dipanggil bergabung dengan tentara Kuomintang.
Sayangnya, dalam pertempuran itu, tentara Kuomintang kalah dan Wang harus lari ke Taiwan. Wang mengenang, sang istri mengirimkan hal apapun mengenai dirinya. "Memori itu yang membuat saya bertahan di Taiwan. Saya selalu percaya bahwa kami akan dipersatukan suatu saat nanti," katanya.
Saat di Taiwan, Wang selalu menulis surat untuk istrinya meski ia tahu suratnya tidak akan pernah sampai di China. Ia juga menolak tawaran dari teman-temannya yang ingin menjodohkan dirinya dengan perempuan lain.
Pada tahun 1979, hubungan China dan Taiwan membaik dan teman Wang membawa surat dan puisi yang ditulis Liu untuk suami tercinta. Wang mengenali tulisan tangan itu dan ini membuatnya mencari jalan keluar untuk kembali ke China.
Ia mencoba memasukkan aplikasi untuk bertemu sang istri dan kembali ke China namun selalu ditolak oleh pihak berwenang. Kesulitan bertemu dengan sang istri, Wang Deyao tak patah semangat. Mantan tentara Koumintang yang lari ke Taiwan ini tak pernah berputus asa.
Pada tahun 1984, Wang akhirnya bisa kembali ke China daratan dan bertemu sang istri Liu Guxiang, setelah 36 tahun berpisah. Saat itu, barulah Wang mengetahui jika sang istri yang ditinggalkannya menderita karena sang suami dianggap pemberontak dan ditolak saat Revolusi Kebudayaan dilakukan di negara itu sekitar tahun 1966-1976.
Tidak hanya itu. Ia dipaksa menikahi pria lain yang berprofesi sebagai guru. Setelah pria itu meninggal, Liu dipaksa menikah dengan mantan tentara yang lima tahun kemudian meninggal.
Liu menyatakan sesulit apapun hidupnya saat itu, ia tidak pernah menyerah untuk bisa bersatu dengan suami terkasih.
Tidak seperti kisah Romeo dan Juliet yang harus berakhir dengan kematian tragis, pasangan ini bersatu kembali dan hidup berbahagia di desa kelahirannya di China.
0 komentar:
Post a Comment