Ada dua bersaudara, yang tua bernama Zhang Eryou dan yang muda bernama Zhang Sanchen. Saat Eryou meninggal, meninggalkan seorang anak lelaki muda. Sanchen menerima tanggung jawab penuh untuk menyayanginya.
Ketika anak lelaki itu tumbuh menjadi dewasa, Sanchen menggunakan sebagian besar uangnya untuk membelikan keponakannya tanah guna mengawali sebuah keluarga.
Tetapi, memanjakan keponakan lelakinya itu telah menjadikannya sebagai orang muda yang sombong. Keponakannya itu mempunyai banyak tingkah dan menikmati banyak kesenangan dengan perempuan. Akhirnya, ia menderita penyakit aneh dan meninggal.
Pikiran Sanchen terbebani dengan berat, walau tetangganya meyakinkannya ia telah menangani segalanya dengan benar. Sanchen jatuh sakit dan koma, pada saat itu ia mempunyai sebuah pandangan.
Sekali ia kembali sadar, ia memikirkan dengan dalam pandangannya itu: "Aneh — saudaraku Eryou hendak menggugatku, menekanku bahwa aku telah membunuh anak lelakinya. Sungguh tidak adil!"
Beberapa hari kemudian, Sanchen merasa lebih baik, dan pikirannya menjadi lebih jernih. Ia berkata pada keluarganya: "Sebenarnya, ini betul. Keponakan lelakiku tidak mempunyai sebuah harapan masa depan. Saya tidak mendidiknya dengan benar dan hanya memanjakannya dengan materi. Akibatnya, ia banyak bertingkah dan mati muda. Kalau bukan aku yang membunuhnya, lalu siapa?"
Sanchen menyesali dan meninggal tak lama kemudian. (The Epoch Times/bdn)
Sumber : erabaru.net
0 komentar:
Post a Comment